Senin, 10 November 2014

THE TOUCHE’S MEET





            Dani menatap gelisah layar ponselnya yang dari tadi tanpa cahaya apa-apa. Hanya gelap. Tanpa ada panggilan atau pun sms yang masuk. Entah apa yang sedang dipikirkannya, yang jelas mukanya terlihat sangat khawatir siang itu. Sekrang dia sedang berada di sebuah Kafe dekat hotel penginapannya di pusat kota New York. Sudah sejak 15 menit lalu dia menunggu kedua temannya yang sama-sama berasal dari Indonesia.
            “Gimana? Udah ada kabar dari pak Yunus?” suara seorang cewek dari belakangnya membuat Dani menoleh.
            Dani menggeleng lemah. “Belum.”
            Orang yang ditunggu Dani adalah Indra dan Riska. Ketiganya saat itu memutuskan makan siang diluar sekaligus membahas perihal kedatangan mereka ke New York atas permintaan pak Yunus..
            “Udah kamu coba hubungin dia?” tanya Indra membuka pembicaraan.
            “Nomornya nggak aktif.”
            “Terus kita harus gimana?” Riska mulai kelihatan khawatir.
            “Terpaksa kita harus nunggu beliau. Lagi pula yang minta kita kesini kan pak Yunus, dan kita sama sekali belum tau kenapa kita diajakain kesini. Yang kita tau hanya untuk menyelamatkan salah satu kaum tounche yang diculik.” Jelas Dani.
            “Tunggu!” Kata Riska tiba-tiba membuat yang lainnya menoleh.
            “Ada apa?”
            “Apa mungkin tounche yang diculik itu pak Yunus?” tebaknya kemudian.
            Indra dan dani terdiam sesaat. “Maksudnya, kita sedang dikerjain lagi?” tanya keduanya hampir berbarengan.
            “Yang benar saja?” kata Indra tak percaya.
            “Ya, kan siapa tau. Buktinya, kemaren aja yang jemput kita sopirnya, kan? Dari sejak kita tiba dibandara, pak Yunus udah nggak ada kabar.” Simpul Riska lagi menguatkan kecurigaannya.
            “Iya juga sih, sekarang aja ponselnya malah nggak aktif.” Kata Dani akhirnya.
            “Aku rasa pak Yunus nggak sebodoh itu mengulangi hal yang sama yang pernah dilakukan sebelumnya.” Ucap Indra skeptis.
            “Maksudmu?” tanya Riska tak mengerti.
            “Aku rasa kamu juga tau maksudku.”
            Riska hanya cemberut mendengar jawaban orang yang sekarang ini menjadi bagian dari hidupnya. Tidak hanya sebagai sesama kaum touche, tapi juga bagian dari hatinya. Tapi ini bukan saat yang tepat untuk mempermasalahkan Indra, ada yang lebih penting lagi dari itu. Dan sekarang ketiganya harus bisa merelakan masa liburan sekolah mereka itu tugas ini. Demi kaum tounche!
            “Apa mungkin pak Yunus memang diculik? Dan pelakunya adalah penculik kaum tounche yang sama?” tanya Dani kemudian.
            “Maksudmu, mereka menculik pak Yunus karena beliau ingin menyelamatkan sanderaan mereka?” Riska juga ikut bertanya. “Itu artinya mereka juga tau keberadaan kita?”
            Indra dan Dani terdiam mendengar ucapan Riska. Dibenak mereka juga bermunculan pertanyaan seperti itu.
            “Jangan aneh-aneh kamu, Dra.” Kata Dani kemudian.
            “Lalu kita harus gimana?” Riska semakin khawatir.
            “Aku tidak tau. Sebaiknya kita jangan dulu mengambil kesimpulan sendiri, kita tunggu kabar dari pak Yunus sampe besok. Setalah itu baru kita putuskan.” Indra akhirnya memutuskan.
            “Ya sudah kalo begitu.”
            Ketiganya menghela nafas berat bersamaan, lalu dengan tanpa minat mulai menyantap pesanan masing-masing.

***
            “Sebenarnya kau mau kemana sih?” Karen bertanya kesel pada Hiro yang dari tadi tak memberinya tujuan kemana dia akan pergi.
            “Kau hanya perlu menyetir saja, nanti kalo sudah dekat aku kasih tau tempatnya.” Hanya itu yang Hiro katakan saat Karen bertanya sebelum berangkat tadi.
            “Aku tanya sekali lagi, kau mau kemana?” ualang Karen lagi.
            “Sudah kubilang, kan? Tugasmua hanya menyetir.”
            “Apa kau lupa, aku ini bukan sopirmu, tau?”
            “Belok kiri.” Kata Hiro kemudian tanpa memperdulikan ocehan Karen.
            Karen yang masih kesel hanya mengikuti perintah Hiro.
            “Kau mau kemana?” lagi-lagi Karen mengulang pertanyaan yang sama.
            “Jalan saja.”
            Dalam hati Karen terus merutuki Hiro yang dari dulu tak pernah berubah. terpaksa Karen hanya bisa bersabar. Kalo bukan demi ayahnya, sudah dari dulu dia tidak akan memperdulikan bocah songong disampinya ini lagi. soalnya Hiro selalu saja mengancam, kalo bukan Karen yang menjemput dan mengurusi urusannya, Hiro tidak mau lagi membantu kepolisian New York. Termasuk ayah Karen.
            “Berhenti!”
            Dengan cepat Karen mengerem mobilnya yang melaju sedikit cepat, karena sibuk merutuki Hiro dalam hati, dia jadi kaget saat Hiro menyuruhnya berhenti mendadak.
            “Kebiasaan banget sih, untung aku nggak jantungan.” Omel Karen kemudian.
            Hiro langsung membuka pintu dan turun tanpa menunggu Karen.
            “Hey! Tunnggu!” panggil Karen saat dilihanya Hiro langsung masuk kesebuah Kafe.
            Keduannya berjalan memasuki Kafe yang siang itu mulai terlihat rame. Pandangan Hiro tertuju pada sebuah meja disudut kafe yang dihuni tiga orang. Lalu dia berjalan mendekati meja itu. Karen yang masih bingung hanya bisa mengikuti Hiro tanpa ada niat untuk bertanya.
            “Apa kau yang bernama Indra?” tanya Hiro pada cowok berkacamata yang sejak tadi memandanginya.
            “Ya, ada apa?” tanya Indra agak bingung.
            “Apa kau kenal dengan Yunus King?” tanya Hiro lagi.
            Kompak Riska dan Dani menoleh.
            “Apa kau kenal dia?” tanya Dani antusias.
            “Aku rasa kau juga mendengar pertanyaanku tadi.” kata Hiro sinis.
            “Kenapa dengan pak Yunus?” tanya Indra.
            “Aku rasa kalian melupakan sesuatu. Apa kalian tidak berniat mempersilahkanku duduk?”
            “Oh, maaf. Silahkan kau duduk dulu.” Indra meyadari kesalahnya, mengajak orang bicara tanpa mempersilahkan duduk.
            “Terimakasih. Tapi ku Rasa tidak perlu, aku hanya ingin memberikan ini padamu.” Hiro mengeluarkan sebuah amplop kuning dari saku jaketnya dan memberikan pada Indra.
            Dengan kening berkerut Indra menerimanya. “Apa ini?” tanyanya.
            “Aku tidak tau, tugasku hanya memberikannya padamu.”
            “Lalu dia kemana?” tanya Dani yang dari tadi hanya diam. Dani bisa merasakan cowok bersama mereka saat ini sepertinya bukan orang sembarangan.
            “Aku juga tidak tau. Setelah memberikan itu padaku, aku tak tidak tau apa-apa lagi tentangnya.”
            “Tapi, kenapa kau bisa tau kalo orang yang dimaksud pak Yunus adalah kami.” Tanya Riska.
            Hiro tertawa sinis mendengarkan pertanyaan Riska.
            “Kenapa kalian tidak berpikir dulu sebelum bertanya?”
            “Maksudmu?” tanya Dani yang mulai merasakan hawa-hawa berbeda dari oarang yang sedang berbicara bersama didepannya saat ini.
            Lagi-lagi Hiro tertawa sinis. “Ku rasa kalian tau maksudku. Coba kalian lihat tempat ini, orang-orang disini dan lihat diri kalian. Yunus King mengatakan padaku kalo orang yang harus kutemui adalah orang Asia, jadi akan sangat mudah bagiku mengenal kalian.” kata Hiro menjelskan.
            “Lalu siapa namamu?” tanya Riska lagi.
            “Tugasku hanya ini, bukan berkenalan dengan kalian. lagi pula ku rasa itu tidak perlu. Permisi.” Setelah mengatakan itu Hiro langsung melangkah pergi.
            Karen yang merasa tidak enak tersenyum malu pada ketiga orang didepannya.
            “Maafkan dia, mungkin udah sifatnay begitu. Oh iya, aku Karen dan yang tadi itu namanya Hiro. Kalo begitu aku persimisi dulu.” Ucap Karen lalu berjalan mengikuti Hiro.
            “Kenapa?” tanya Dani panik saat melihat wajah Indra mengeras setelah membaca isi dari amplop yang diberikan Hiro.
            “Alamat penculikan kaum touche yang dibilang pak Yunus.”
            “Apa?” seru Dani dan Riska bersamaan.
            Setelah mengatakan itu Indra langsung bangkit dari kursinya dan langsung berjalan cepat kearah pintu keluar.
            “Kau mau kemana?” seru Dani saat melihat Indra pergi. Kemudian dia dan Riska langsung menyusul Indra.
            “Tunggu!” panggil Indra. Hiro yang hendak masuk ke mobil langsung menoleh keasal suara.
            Indra berjalan cepat mendekati Hiro.
            “Ada apa?”
            Indra memberikan umplop kertas ditangannya pada Hiro. Ragu-ragu Hiro pun membuka dan langsung tau apa isinya.
            “Aku rasa tidak bisa.” Kata Hiro kumudian.
            “Disitu tertulis jelas pesan pak Yunus, kau harus membantu kami menolong kaum touche itu. Karena kau adalah petunjuknya, disitu pak Yunus bilang kalo kau juga kaum touche yang bisa membaca identitas kimia dari benda yang kau sentuh. Hanya dengan itu kita bisa menemukan petunjuk. Jadi, tolong kau mau kerja sama.” Indra terdengar sedikit memohon.
            Sejenak Hiro seperti sedang berfikir. “Ya sudah kalo begitu. Akan ku coba.”
            “Thanks.” Kata Indra.
            “Tapi tunggu, apa kau juga touche?” tanya Hiro.
            Indra mengagguk. “Kenapa kau tau?”
            “Sudah ku duga. Sekarang saatnya kita laksanakan tugas ini.”
            Hiro memutuskan membantu Indra dan teman-temannya. Ini bukannya hanya sekedar permintaan pak Yunus yang dulu pernah membantunya menolong Karen. Tapi lebih karena ini adalah kerjasamanya dengan orang-orang yang bergolongan sama dengannya. Itu artinya ini adalah misi menyelamatkan keluarga. Karena Hiro adalah touche, jadi Hiro bertekad akan melakukan apapun untuk menyelamatkan sesama kaumnya.
            Indra juga demikian, kalo bukan karena pak Yunus bilang meminta mereka untuk menolong kaum touche yang diculik, Indra lebih memilih menghabiskan waktu liburannya di Indonesia. Tapi, Indra berubah pikiran saat pak Yunus bilang ada kaum Touche yang diculik. Indra merasa semua kaum touche adalah orang yang penting baginya. Bukan hanya karena dia sendiri adalah touche, tpi karena Indra merasa semua kaum touche harus diperlakukan adil. Mereka juga manusia. Walau Indra tak pernah mengalami kejadian seperti ini, tapi Indra sudah lebih dulu merasakan ketidak adilan dalam keluarganya. Mungkin hanya dengan sesama kaum touche lah Indra akan meraskan keadilan itu. Dia sudah punya Dani, Riska, pak Yunus, dan sekarang mungkin Hiro. Tapi yaahh…. Kalo si songong itu mau sih.


Lho! Kok jadi aneh gini?
Biarlah! Yang penting udah ada Hiro. Maaf Minji ya, Hiro ku pinjam buat Fanfic amburadul ini. ^^ :) :D

NB: Fanfiction ini diikut sertakan dalam #KuisFangirl yang diadakan oleh @NovelAddict_ bersama penerbit spring dan Haru.                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar