Selasa, 03 Maret 2015

Ulang Tahun Kebetulan



            Cerita ulang tahun, ya? Kalau dipikir-pikir, gue hampir nggak pernah ngerayain ulang tahun sama sekali. Seiingat gue sih emang gitu. Paling juga ada satu dua orang yang ingat dan ngucapin. Bahkan orang tua gue aja sering lupa kalau anaknya ulang tahun. Jangankan tanggal lahir, umurnya aja bisa nggak ingat.

Senin, 02 Maret 2015

SAAT MAJO JADI SADY [Cerpen]



            Diikutkan Dalam Lomba Menulis Cerpen ‘Majo & Sady’

            Hai, teman.
            Perkenalkan namaku Majo. Lengkapnya Majo Sady, suaminya si Sadu yang ada dinama belakangku itu. Kalian panggil saja aku M-A-S-A. iya, Masa. Tepatnya, masa aku yang harus menyangdang nama istri dibelakang namaku. Bukannya sebaliknya, Sady yang harus memakan namaku dibelakang namanya.
            Ah… sepertinya aku terlalu dramatis dalam mengartikan kehidupanku sekarang. Tapi, emang begitu sih kenyataannya.
            Kalian bayangkan saja, Sady, yang harusnya berada dirumah dan mengurus segala hal yang berhubungan dengan rumah, malah sibuk mengurus kantor. Pergi subuh pulangnya malam atau kadang-kadang sampai subuh lagi.
            Dan kalian tau, semua pekerjaan rumah itu beralih kepada siapa? Aku. Iya,Majo suaminya Sady. Kami tidak punya pembantu karena Sady tidak bisa mempercayai orang sebarangan.
            “Sayang, kamu tau, kan, dulu pembantu di rumahku pernah nipu keluargaku. Karena aku tidak mau hal itu terjadi lagi, kamu aja ya, yang urus rumah.” Begitu kata Sady saat aku menanyakan perihal pembantu.
            Jadinya, karena aku tidak punya pekerjaan dan hanya dirumah saja, semua urusan ke-IRT-an beralih sepenuhnya ke tanganku.
            Aku selalu bangun subuh untuk memasak sarapan buat suamiku… ah, bukan! Istriku maksudnya. Setelah itu mencuci, mengepel, membersihkan halaman rumah dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya.
            Aku juga harus berbelanja kebutuhan memasak tiga hari sekali ke pasar yang kebanyakan ibu-ibunya. Untung saja kami hanya berdua. Kami belum punya anak. Ah, aku belum bisa membayangkan bagaimana nanti kalau kami punaya anak.
            Kalau masalah ganti popok atau tidurin, okelah, masih bisa aku lakukan. Yang aku takuti, bagaimana nanti kalau bagian yang harusnya hanya Sady yang bisa melakukan, malah jadi tugasku juga. Kalau kalian tau apa yang harus didapatin bayi baru lahir dari ibunya, kalian pasti tahu maksudku barusan.
            Apa aku harus operasi dulu biar bisa ngegantiin posisi Sady sampai ke bagian itu? Ah! Sungguh, aku tak sanggup membayangkan kalau Majo benar-benar harus menjadi Sady!         Tidakkkk!!!
            Sudah cukup jadwal sehari-hariku sebagai suami rumah tangga yang ku sebut diatas. Tolong jangan tambahkan lagi hal-hal yang diluar kemampuanku. Aku langsung berdo’a saat mengingat pikiranku yang tadi.
            “Majo. Aku pulang!” seru Sady dari pintu depan.
            Aku bahkan tidak menyadari kalau hari sudah bergati malam lagi dan Sady pulang lebih cepat dari biasanya. Wajahnya terlihat sangat gembira sekali. Senyumnya juga terus mengembang.
            “Ada apa?” tanyaku.
            “Aku punya kabar gembira,” katanya dengan mata berbinar-binar.
            “Apa itu?” mau tak mau aku juga jadi penasaran.
            “Kamu dengar baik-baik, ya…” Sady menatapku lekat-lekat. “Aku… hamilll!!”Sady setengah berteriak sambil berlari ke araku.
            TIDAK!!!