Cerita
ulang tahun, ya? Kalau dipikir-pikir, gue hampir nggak pernah ngerayain ulang
tahun sama sekali. Seiingat gue sih emang gitu. Paling juga ada satu dua orang
yang ingat dan ngucapin. Bahkan orang tua gue aja sering lupa kalau anaknya
ulang tahun. Jangankan tanggal lahir, umurnya aja bisa nggak ingat.
Selamat datang di blogku! Siapapun boleh masuk asal jangan berduaan apalagi sama yang bukan muhrim. ingat pesan pak ustadz, gak baik. Oke, jika sudah masuk silakan cari apa yang tidak akan kalian temukan. wasalam.
Selasa, 03 Maret 2015
Senin, 02 Maret 2015
SAAT MAJO JADI SADY [Cerpen]
Diikutkan Dalam Lomba Menulis Cerpen ‘Majo
& Sady’
Hai, teman.
Perkenalkan
namaku Majo. Lengkapnya Majo Sady, suaminya si Sadu yang ada dinama belakangku
itu. Kalian panggil saja aku M-A-S-A. iya, Masa. Tepatnya, masa aku yang harus
menyangdang nama istri dibelakang namaku. Bukannya sebaliknya, Sady yang harus
memakan namaku dibelakang namanya.
Ah…
sepertinya aku terlalu dramatis dalam mengartikan kehidupanku sekarang. Tapi,
emang begitu sih kenyataannya.
Kalian
bayangkan saja, Sady, yang harusnya berada dirumah dan mengurus segala hal yang
berhubungan dengan rumah, malah sibuk mengurus kantor. Pergi subuh pulangnya
malam atau kadang-kadang sampai subuh lagi.
Dan kalian
tau, semua pekerjaan rumah itu beralih kepada siapa? Aku. Iya,Majo suaminya
Sady. Kami tidak punya pembantu karena Sady tidak bisa mempercayai orang
sebarangan.
“Sayang,
kamu tau, kan, dulu pembantu di rumahku pernah nipu keluargaku. Karena aku
tidak mau hal itu terjadi lagi, kamu aja ya, yang urus rumah.” Begitu kata Sady
saat aku menanyakan perihal pembantu.
Jadinya,
karena aku tidak punya pekerjaan dan hanya dirumah saja, semua urusan ke-IRT-an
beralih sepenuhnya ke tanganku.
Aku selalu
bangun subuh untuk memasak sarapan buat suamiku… ah, bukan! Istriku maksudnya. Setelah
itu mencuci, mengepel, membersihkan halaman rumah dan pekerjaan-pekerjaan rumah
lainnya.
Aku juga
harus berbelanja kebutuhan memasak tiga hari sekali ke pasar yang kebanyakan
ibu-ibunya. Untung saja kami hanya berdua. Kami belum punya anak. Ah, aku belum
bisa membayangkan bagaimana nanti kalau kami punaya anak.
Kalau
masalah ganti popok atau tidurin, okelah, masih bisa aku lakukan. Yang aku
takuti, bagaimana nanti kalau bagian yang harusnya hanya Sady yang bisa
melakukan, malah jadi tugasku juga. Kalau kalian tau apa yang harus didapatin
bayi baru lahir dari ibunya, kalian pasti tahu maksudku barusan.
Apa aku
harus operasi dulu biar bisa ngegantiin posisi Sady sampai ke bagian itu? Ah! Sungguh,
aku tak sanggup membayangkan kalau Majo benar-benar harus menjadi Sady! Tidakkkk!!!
Sudah
cukup jadwal sehari-hariku sebagai suami rumah tangga yang ku sebut diatas. Tolong
jangan tambahkan lagi hal-hal yang diluar kemampuanku. Aku langsung berdo’a
saat mengingat pikiranku yang tadi.
“Majo.
Aku pulang!” seru Sady dari pintu depan.
Aku bahkan
tidak menyadari kalau hari sudah bergati malam lagi dan Sady pulang lebih cepat
dari biasanya. Wajahnya terlihat sangat gembira sekali. Senyumnya juga terus mengembang.
“Ada
apa?” tanyaku.
“Aku
punya kabar gembira,” katanya dengan mata berbinar-binar.
“Apa
itu?” mau tak mau aku juga jadi penasaran.
“Kamu
dengar baik-baik, ya…” Sady menatapku lekat-lekat. “Aku… hamilll!!”Sady
setengah berteriak sambil berlari ke araku.
TIDAK!!!
Langganan:
Postingan (Atom)