Tiga bulan sudah berlalu sejak hari Selasa yang entah
kenapa mulai gue sesali sejak beberapa minggu setelahnya. Hari itu, kurang
lebih jam istirahat makan siang, tepat hari Selasa 1 November 2016 gue
melakukan suatu keanehan. Nggak seaneh punya teman makhluk planet lain, atau
mendadak benci Ikram juga sih. Tapi seaneh sampai setelah dipikir-pikir
mendadak keluar pertanyaan “Loh kok bisa ya gue gitu?” atau “Itu gue bukan sih
hari itu?” dan “Gila banget! Ada yang sampe liat nggak sih?”
Tepat hari ini, 1 Februari 2017, kejadian itu sudah
berlalu tiga bulan lamanya dan sampai sekarang gue masih kepikiran. Gimana
nggak, jangankan orang lain gue sendiri aja gak tahu kenapa hari itu bisa
sampai begitu. Bayangkan, nggak ada angin nggak ada ujan datang-datang ke
kantin gue mendadak pendiam, padahal di situ ada teman gue sendiri yang
belakangan sama mereka seringnya ngegila bareng. Ada yang nanya gue cuma angguk
atau gelang-gelang doang, sama sekali nggak bersuara.
Dengan headset -bervolume hampir full- yang menyumpal
telinga dan playlist yang kebanyakan berisi lagu mellow, gue duduk di bangku
ngadep jalanan sambil menatap orang-orang berlalu lalang di sana. Yang lain
sibuk mesan makan siang, gue cuma diam. Ditanyin mau pesan apa gue menggeleng.
Gitu-gitu terus sampai teman yang tadinya nanya mulai sibuk dengan kegiatan
masing-masing, yang pasti tak terlepas dari laptop dan smartphone ditangan.
Beberapa menit pun berlalu dan minuman teman-teman gue udah sampai di meja. Gue
masih sama. Diam. Menatap tampa fokus. Sama sekali nggak ada minat pada segala
hal.
Hingga akhirnya pertahanan gue jebol. Gue menelungkupkan
kepala di atas kedua lutut lalu tanpa bisa tertahan air bening itu mengalir
dikedua mata gue. Ditambah lagi saat itu playlist di handphone tau-tau
memutarkan lagu –yang menurut gue- paling mellow yang ada di playlist. Suasana
makin menjadi-jadi saat teman-teman gue -yang tadinya sibuk dengan diri
masing-masing- tiba-tiba ngeh dengan apa yang gue lakuin. Sebagai teman, ya
mereka bertanya gue kenapa. Tapi, mendengar pertanyaan mereka yang pada
penasaran kenapa gue nangis, bukannya diam gue malah semakin terisak. Untuk gue
selalu ada persediaan tisu di tas.
Perlahan gue angkat kepala dari lutut sambil berusahan
menahan isakan, bukan kerana gue merasa udah cukup menangis, tapi lebih karena
gue udah nggak tahan nahan ingus di tangan gue, soalnya kalau nangis itu gue
kebanyakna yang keluar ingus dari pada air matanya. Nggak mungkin kan gue lap
ke jelbab. Ya udah gue beraniin angkat kepala walau masih sambil menunduk,
iyalah mana berani mendongak gue dalam keadaan muka penuh air mata dan
belepotan ingus gitu. Hellawwww
Berhubung gue emang selalu ada persediaan tisu di tas dan
letaknya selalu gue ingat, jadi nggak susah-susah buat nemuinnya. Tisu peratama
gue ambil nggak mempan cuma sampe ingus yang udah belepotan aja. Tisu kedua
agak mending walau belum cukup mempan juga, setidaknya ingus yang nyumpal dalam
idung udah gue muntahin. Dan akhirnya hanya berhenti di tisu ketiga buat lap-in
sisa-sisa air mata yang telat keluar, tau sendirikan air mata gue juga ada yang pemalu. Hhhh
Selesai sudah perjuangan gue, akhirnya walau sebenarnya
masih ketahuan gue abis nangis tetap gue beraniin mendongak duduk tegak seperti
yang lain. Sedang teman gue udah pasang tampang “ada apa sih?”, “kamu baik-ai
aja, kan?” dan bahkan sebagian ada yang udah sampai bertanya, gue tetap dengan
gelengan sambil memaksa senyum yang “gue nggak apa-apa kok, pengen nangis aja”,
bahkan kalimat itu juga terucap langsung dari mulut gue sendiri.
Sebenarnya ini gue bukan mau mengulang menceritakan
kejadian hari itu, yang bahkan teman gue pun udah nggak ingat lagi saking
lelahnya bertanya segala “kenapa” tapi tak kunjung dapat “karena” juga dari gue.
Gue bukan nggak mau jujur, sebenarnya gue sendiri sampai tiga bulan sudah
berlalu, masih bingung kenapa gue bisa nangis begitu. Di tempat umum lagi! Sama
sekali gue belum menemukan penyebab pastinya. Ada yang bilang kalau menagis
tanpa alasan begitu adalah efek dari rindu. Nah, di sininya gue makin bingung.
Gue rindu siapa coba sampai nangis begitu? Bukan gue banget!
Mau bilang rindu keluarga, sehari sebelumnya gue baru
balik dari kampung. Rindu pacar? Hahahaha gue nggak ada pacar. Yang gue ingat
setelah kejadian itu gue hanya lagi ada masalah, tapi masalahnya nggak seberapa
juga. Cuma banyaknya pengeluaran ini itu, seringnya kena php dosen yang bikin
kesal. Itu aja. Seingat gue nggak ada yang lain yang lebih pelik.
Memang hari Senin gue sempat kesal, udah capek-capek ke
kampus dari kampung cuma buat masuk satu mata kuliah dan dosennya nggak masuk.
Udah gitu gue balik jalan kaki, tambah bikin kesal lagi ketemu teman di kantin
gue dicuekin entah dalam hal apa. Sebenarnya biasa sih teman gue yang itu
begitu, cuma karena hari itu suasana hati gue lagi nggak pas jadi pengennya
serius aja nanggapinnya. Alhasil tanpa duduk di kantin seperti biasa, gue malah
langsung ngeloyor pergi dan balik ke kost.
Setalahnya hari Selasa, gue kembali kesal dengan dosen
yang sama. Ke kampus Cuma absen doang! Ditambah entah rasa malas dari mana
yanag datang pada gue, hari itu gue benar-benar nggak pengen masuk kampus. Ujungnya
lagi malah dapat kekesalan baru dengan adanya dosen yang ngasih jadwal
pengganti hari itu. Sial! Lengkap sudah kekesalan gue hari itu hingga akhirnya
berujung kejadian di kantin tersebut.
Benar-benar suatu kebingungan! Lebih membingungkan lagi
setelah kejadian gue biasa-biasa saja seakan nggak terjadi apa-apa. Tapi,
belakangan gue mendadak nyesal kenapa hari itu ada. Paling membingungkan yang
super sekali membingungkan adalah kenapa gue harus ngepost ini coba? Lebih bikin
super duper bingung lagi adalah ini post pertama setelah lama banget gue nggak
ngepost lama. Dan ini postingan pertama gue di tahun baru 2017. Sad L
Tapi mau gimana, udah kejadian juga. Udah terlanjur. Udan
dipost ini. Lagian Chelsea masih berada di puncak klasemen. Eh gimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar