Minggu, 21 Agustus 2016

Sekilas Kehidupan Mahasiswa Komunikasi


            Sebentar lagi mau memasuki semester dan tahun ajaran baru nih, di mana gue sudah menghabiskan waktu selama satu tahun menjadi mahasiswa Komunikasi. Setelah sebelumnya gue sempat bahas gimana dunia anakkuliahan versi gue, serta sebentar lagi gue akan masuk semester tiga ( dan harus siap beralih peran dari maba menjadi paska maba alias menuju mahasiswa tua) gue mau sedikit curhat tentang jurusan gue sendiri, Ilmu Komunikasi. Kali aja ada junior gue yang (nggak ada kerjaan) mau membacanya.
            Oke langsung aja. Ada yang pernah dengar aksioma “We can’t not Communicate” nggak? Kalau bagi anak Komunikasi tentunya istilah ini sudah nggak asing lagi dong. Yup! Kita emang nggak bisa kalau nggak berkomunikasi, secara nih ya, kita diam aja itu udah termasuk komunikasi kok. Jadi, nggak ada sesuatu apapun yang nggak butuh komunikasi. Cewek ngasih kode itu juga termasuk komunikasi, cuma kadang caranya aja yang salah yang bikin cowoknya gak peka, atau  mungkin emang cowoknya yang buta kode. Oke maaf, ini bukan bagian yang ingin gue bahasa.
            Balik lagi ke pokok permasalahan…
            Komunikasi. Mungkin secara umum orang yang mendengarkan satu kata itu akan langsung berpendapat bahwa Komunikasi adalah berbicara. Tidak salah memang, tapi sebenarnya komunikasi itu nggak cuma sekedar bicara doang. Komunikasi dalam artian yang sebenarnya adalah proses penyampaian pesan dari pembicara/sumber kepada pendengar/penerima atau dalam komunikasi dikenal dengan istilah Komunikator (source) dan Komunikan (receiver). Prosesnya bisa berupa verbal maupun Non-verbal.
            Di dalam suatu proses komunikasi pun sebenarnya nggak cuma hanya ada komunikator dan komunikan saja, setidaknya ada beberapa unsur lain yang terlibat dalam suatu proses tersebut. Ada pesan (message), yaitu sesuatu yang hendak disampaikan oleh si komunikator kepada komunikannya. Saluran/media (channel) yang digunakan untuk penyampaian pesan tersebut, misalnya itu berbicara munggunakan mulut. Serta Efek dan Feedback yang diharapkan komunikator setelah pesan yang disampaikannya diterima oleh komunikan atau lawan bicaranya.
            Dari Feedback/umpan balik inilah komunikator dapat tahu kalau pesan yang disampaikannya diterima dengan benar sesuai yang dia maksud atau tidak. Kalau sesuai berarti komunikasinya lancar dan sukses, namun jika tidak berarti mereka telah gagal dalam komunikasi atau dikenal istilahnya Miss komunkasi. Jadi, kalau selama ini orang berpendapat bahwa komunikasi itu hanya sekedar ngomong-ngomong doang, salah besar. Komunikasi juga butuh skill dan butuh proses saat melakukannya.
            Di era informasi dan komunikasi yang berkembang pesat seperti saat ini, jurusan Komunikasi ini adalah jurusan yang sangat stategis, karena hampir semua bidang pekerjaan itu, baik di instansi pemerintah atau swasta, membutuhkan pekerja lulusan ini. Saking banyaknya lapangan kerja untuk lulusan S.I.Kom ini, berbondong-bondong pula yang pada masuk jurusan ini. Terlihat dari meningkatnya penerimaan mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi tiap tahun ajaran barunya. Salah satunya sebagai acuan, ya di  kampus gue, Universitas Malikussaleh. Dari yang awalnya hanya puluhan, sekarang udah ratusan, bahkan tahun gue kemaren (2015) hampir duaratusan.
            Karena banyaknya peminat inilah kadang kala jurusan Komunikasi ini dianggap jurusan gampangan. Bahkan pula nih tak jarang ada yang mengatakan kalau yang masuk jurusan ini paling cuma anak “buangan” yang nggak lulus dijurusan yang diinginkan sebelumnya. Kedokteran lah. Teknik lah. Ekonomi lah. Ataupun jurusan-jurusan lain yang banyak didamba-dambakan orang.
            Sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi, gue nggak ngerti kenapa ada orang yang sampai hati memandang remeh anak Komunikasi, padahal mereka sendiri nggak pernah ngerasainnya. Memang gue sendiri, yang notabenenya nyangkut di jurusan IPA pas MAN dulu, mengakui kalau mata kuliah di jurusan Komunikasi itu nggak sesusah anak-anak teknik atau MIPA emang, yang memang banyakan eksaknya. Mata kuliah di Komunikasi dan jurusan FSIP lainnya gue akuin emang lebih simple, tapi nggak gampang. Emangnya kalian doang yang butuh mikir? Nggak! Kami juga.
            Kami memang tidak lagi belajar Matematika, Fisika, Kimia ataupun Biologi seperti kalian anak-anak eksak. Awalnya emang kami senang karena terbebas dari ngapal rumus-rumus yang bejibun itu, reaksi ini reaksi itulah. Tapi setelah masuk mata kuliah Filsafat, rasa senang kami pun mendadak kabur. Filsafat emang bukan mata kuliah ngitung-ngitung, tapi di sini kami belajar bagaimana mengandalkan logika. Mata kuliahnya emang santai, tapi otak lo nggak bisa nyatai bro.
            Belum lagi ini mata kuliah Teori Komunikasi, kami harus menghafal sekian banyak teori-teori dan model komunikasi dari berbagai ahli, dan parahnya lagi nama-nama teorinya itu panjang-panjang. Ditambah lagi saking banyaknya teori bahkan ada yang hampir-hampir mirip, jadi susah untuk diingat, sering ketukar-tukar. Memang sih cuma teori, bukan praktek. Tapi berteori itu juga capek, loh!
            Selain berfilsafat dan berteori kami juga belajar banyak mata kuliah pengantar di semester-semester awal. Kami belajar Sosiologi agar tau bagaimana sebagai makhluk sosial harus berinteraksi. Kami juga belajar Antropologi agar tahu keanekaragaman budaya-budaya manusia. Kamu juga belajar Politik meski nggak banyak-banyak banget. Di komunikasi kami juga belajar Psikologi kok, ya biarpun masih tetap gagal baca isi hati gebetan. Selain itu kami juga belajar Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris juga Agama, sama kok kayak yang lain. Mungkin Itu hanya sebagian mata kuliah pengantar diawal semester yang kami pelajari sebagai anak Komunikasi sekaligus mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
            Di luar mata kuliah pengantar itu, kami anak Komunikasi juga punya banyak mata kuliah khusus jurusan kami. Misalnya nih, kami belajar Public Relation, agar tahu bagaiamana menjalin hubungan yang baik antara suatu organisasi/perusahaan dengan publiknya. Tenaga PR/Humas ini biasanya banyak diperlukan untuk perusahaan-perusahaan baik pemerintah atau swasta. Humas ini sebenarnya juga bukan cuma buat ngomong-ngomong doang, mereka juga dibentuk untuk bisa menjaga nama baik perusahaan, bisa menyelsaikan masalah juga. Jadi kalau ada yang suka berkesimpulan kalau anak-anak humas itu tukang ngomong, dan masuk ke sana harus pinter ngomong, coba mikir-mikir lagi deh.
            Kami anak Komunikasi juga belajar Manajemen kok, nggak cuma anak ekonomi saja. Dalam Komunikasi manajemen sangat diperlukan untuk me-manage suatu pekerjaan agar berjalan sesuai rencana untuk mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Tanpa manajemen, yang artinya tidak ada yang mengontol, komunikasi juga nggak akan berjalan lancar. Misalnya nih ya, kita mau buat sebuah program atau acara, jadi manajemen itu bertugas dalam proses merencanakan, melaksanankan sampai mengawasi acara tersebut apa berjalan lancar atau nggak. Jadi, untuk bertugas sebagai manager itu nggak gampang, banyak hal yang harus dipertimbangkan.
            Selain Humas dan Manajemen, kami juga belajar jurnalistik, di mana kami belajar bahwa menulis berita ataupun artikel itu nggak hanya sekedar tulisan. Jurnalitik itu harus berdasarkan fakta, nggak sekedar menebar gosip. Belajar jurnalistik itu juga bikin kami mengerti bahwa menulis sebuah berita, biarpun itu bertia cuma separagraf doang, nggak gampang, butuh proses. Sangat jauh beda dengan orang yang hari ini beli Koran, sekali baca, besoknya langsung jadiin bungkusan gorengan. Ya, mau gimana lagi coba, emang udah begitu kenyataannya kok.
            Ketiga mata kuliah tersebut masih tergolong mata kuliah pengatar di jurusan, belum lagi ditambah mata kuliah untuk masing-masing konsentrasi yang juga bejibun. Karena banyaknya mata kuliah inilah kami anak-anak Komunikasi biasanya pada semester tiga, seperti di kampus gue, diwajibkan memilih konsentrasi atau fokus jurusan sesuai yang diinginkan. Dalam semester-semester berikutnya bakalan banyak lagi nih mata kuliah yang juga pastinya lebih menantang, misalnya ada Fotografi, Produksi Siaran Radio, Produksi Televisi, Sinematografi, dan masih banyak mata kuliah menarik lainnya ditiap konsentrasi.
            Untuk itu, yang masih atau udah pernah menganggap remeh jurusan kami ini, please jangan lagi. Karena setiap jurusan-jurusan itu sebenarnya punya susah-gampangnya masing-masing, dan kita cuma bakalan tahu susah dan gampannganya itu apa ya saat udah menjalaninya. Kalau belum menjalani, ya nggak usah menjudge dong! Soalnya nih, di setiap Universitas baik PTN ataupun PTS itu jurusan-jurusannya emang disediakan untuk kita belajar. Nggak ada itu jurusan yang susah banget ataupun jurusan yang gampangan lah.
            Kalau pun ada yang menganggap jurusan ini khusus anak-anak yang suka atau bahkan jago ngomong, juga jangan. Soalnya yang nggak suka ngomong atau introvert pun boleh banget kok masuk jurusan ini. Karena nantinya di sini kita akan sama-sama belajar kok, soalnya nanti juga bakalan ada mata kuliah Retorika yang khusus belajar melatih kemampuan berkomunikasi yang baik. Lagi pula, ini jurusan banyak mata kuliah yang mewajibkan presentasinya lagi, jadi secara nggak langsung kita yang nggak biasa banyak bicara dengan masuk jurusan ini diwajibkan untuk berbicara. Kalau nggak, mau dapat nilai dari mana?
            Jadi, untuk anak Komunikasi baik yang udah lulus, maupun yang lagi di jurusan ini atau bahkan yang pengen masuk jurusan ini, saran dari gue selaku anak Komunikasi, berbahagialah. Kenapa gue bilang begini, karena kita sama-sama tahu kalau kita lahir ke dunia ini adalah sebagai manusian biasa. Kita bukan pembaca hati, masih butuh komunikasi agar bisa saling mengerti. Sekian.
Salam Komunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar