Sebentar
lagi
mau memasuki semester dan tahun ajaran baru
nih,
di mana gue sudah
menghabiskan waktu selama satu tahun menjadi mahasiswa Komunikasi. Setelah sebelumnya gue sempat bahas gimana dunia anakkuliahan versi gue, serta sebentar lagi gue
akan masuk semester tiga ( dan harus siap beralih peran dari maba menjadi paska
maba alias menuju mahasiswa
tua) gue mau sedikit curhat tentang
jurusan gue sendiri,
Ilmu Komunikasi. Kali aja ada junior gue yang (nggak ada kerjaan) mau membacanya.
Oke
langsung aja. Ada yang pernah dengar aksioma “We can’t not Communicate” nggak? Kalau bagi anak Komunikasi
tentunya istilah ini sudah nggak asing lagi dong. Yup! Kita emang nggak bisa
kalau nggak berkomunikasi, secara nih ya, kita diam aja itu udah termasuk
komunikasi kok. Jadi, nggak ada sesuatu apapun yang nggak butuh komunikasi. Cewek
ngasih kode itu juga termasuk komunikasi, cuma kadang caranya aja yang salah
yang bikin cowoknya gak peka, atau
mungkin emang cowoknya yang buta kode. Oke maaf, ini bukan bagian yang
ingin gue bahasa.
Balik
lagi ke pokok permasalahan…
Komunikasi.
Mungkin secara umum orang yang mendengarkan satu kata itu akan langsung
berpendapat bahwa Komunikasi adalah berbicara. Tidak salah memang, tapi
sebenarnya komunikasi itu nggak cuma sekedar bicara doang. Komunikasi dalam
artian yang sebenarnya adalah proses penyampaian pesan dari pembicara/sumber kepada pendengar/penerima atau dalam komunikasi
dikenal dengan istilah Komunikator (source)
dan Komunikan (receiver).
Prosesnya bisa berupa verbal maupun Non-verbal.
Di
dalam suatu proses komunikasi pun sebenarnya nggak cuma hanya ada komunikator dan komunikan saja,
setidaknya ada beberapa unsur lain yang terlibat dalam suatu proses tersebut.
Ada pesan (message), yaitu sesuatu
yang hendak disampaikan oleh si komunikator kepada komunikannya. Saluran/media (channel)
yang digunakan untuk penyampaian pesan tersebut,
misalnya itu berbicara munggunakan
mulut. Serta Efek dan Feedback yang diharapkan komunikator
setelah pesan yang disampaikannya diterima oleh komunikan atau lawan bicaranya.
Dari
Feedback/umpan balik inilah komunikator dapat tahu kalau pesan yang
disampaikannya diterima dengan benar sesuai yang dia maksud atau tidak. Kalau
sesuai berarti komunikasinya lancar dan sukses, namun jika tidak berarti mereka
telah gagal dalam komunikasi atau dikenal istilahnya Miss komunkasi. Jadi,
kalau selama ini orang berpendapat bahwa komunikasi itu hanya sekedar
ngomong-ngomong doang,
salah besar. Komunikasi juga butuh skill dan butuh proses saat melakukannya.
Di
era informasi dan komunikasi yang berkembang pesat seperti saat ini, jurusan
Komunikasi ini adalah jurusan yang sangat stategis, karena hampir semua bidang
pekerjaan itu, baik di instansi pemerintah atau swasta, membutuhkan pekerja
lulusan ini. Saking banyaknya lapangan kerja untuk lulusan S.I.Kom ini,
berbondong-bondong pula yang pada masuk jurusan ini. Terlihat dari meningkatnya
penerimaan mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi tiap tahun ajaran barunya.
Salah satunya sebagai acuan, ya di
kampus gue, Universitas Malikussaleh. Dari yang awalnya hanya puluhan,
sekarang udah ratusan, bahkan tahun gue kemaren (2015) hampir duaratusan.
Karena
banyaknya peminat inilah kadang kala jurusan Komunikasi ini dianggap jurusan
gampangan. Bahkan pula nih tak jarang ada yang mengatakan kalau yang masuk jurusan
ini paling cuma anak “buangan” yang nggak lulus dijurusan yang diinginkan
sebelumnya. Kedokteran lah. Teknik lah. Ekonomi lah. Ataupun jurusan-jurusan
lain yang banyak didamba-dambakan orang.
Sebagai
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, gue nggak ngerti kenapa ada orang yang sampai hati
memandang remeh anak Komunikasi, padahal mereka sendiri nggak pernah
ngerasainnya. Memang gue sendiri, yang notabenenya nyangkut di jurusan IPA pas
MAN dulu, mengakui kalau mata kuliah di jurusan Komunikasi itu nggak sesusah
anak-anak teknik atau MIPA emang, yang memang banyakan eksaknya. Mata kuliah di
Komunikasi dan jurusan FSIP lainnya gue akuin emang lebih simple, tapi nggak
gampang. Emangnya kalian doang yang butuh mikir? Nggak! Kami juga.
Kami
memang tidak lagi belajar Matematika, Fisika, Kimia ataupun Biologi seperti
kalian anak-anak eksak. Awalnya emang kami senang karena terbebas dari ngapal
rumus-rumus yang bejibun itu, reaksi ini reaksi itulah. Tapi setelah masuk mata
kuliah Filsafat, rasa senang kami pun mendadak kabur. Filsafat emang bukan mata
kuliah ngitung-ngitung, tapi di sini kami belajar bagaimana mengandalkan
logika. Mata kuliahnya emang santai, tapi otak lo nggak bisa nyatai bro.
Belum
lagi ini mata kuliah Teori Komunikasi, kami harus menghafal sekian banyak
teori-teori dan model komunikasi dari berbagai ahli, dan parahnya lagi
nama-nama teorinya itu panjang-panjang. Ditambah lagi saking banyaknya teori
bahkan ada yang hampir-hampir mirip, jadi susah untuk diingat, sering
ketukar-tukar. Memang sih cuma teori, bukan praktek. Tapi berteori itu juga
capek, loh!
Selain
berfilsafat dan berteori kami juga belajar banyak mata kuliah pengantar di
semester-semester awal. Kami belajar Sosiologi agar tau bagaimana sebagai
makhluk sosial harus berinteraksi. Kami juga belajar Antropologi agar tahu
keanekaragaman budaya-budaya manusia. Kamu juga belajar Politik meski nggak
banyak-banyak banget. Di komunikasi kami juga belajar Psikologi kok, ya biarpun
masih tetap gagal baca isi hati gebetan. Selain itu kami juga belajar Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris juga Agama, sama kok kayak yang lain. Mungkin Itu
hanya sebagian mata kuliah pengantar diawal semester yang kami pelajari sebagai
anak Komunikasi sekaligus mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Di luar
mata kuliah pengantar itu, kami anak Komunikasi juga punya banyak mata kuliah
khusus jurusan kami. Misalnya nih, kami belajar Public Relation, agar tahu
bagaiamana menjalin hubungan yang baik antara suatu organisasi/perusahaan
dengan publiknya. Tenaga PR/Humas ini biasanya banyak diperlukan untuk
perusahaan-perusahaan baik pemerintah atau swasta. Humas ini sebenarnya juga
bukan cuma buat ngomong-ngomong doang, mereka juga dibentuk untuk bisa menjaga
nama baik perusahaan, bisa menyelsaikan masalah juga. Jadi kalau ada yang suka
berkesimpulan kalau anak-anak humas itu tukang ngomong, dan masuk ke sana harus
pinter ngomong, coba mikir-mikir lagi deh.
Kami
anak Komunikasi juga belajar Manajemen kok, nggak cuma anak ekonomi saja. Dalam
Komunikasi manajemen sangat diperlukan untuk me-manage suatu pekerjaan agar berjalan sesuai rencana untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Tanpa manajemen, yang artinya tidak
ada yang mengontol, komunikasi juga nggak akan berjalan lancar. Misalnya nih
ya, kita mau buat sebuah program atau acara, jadi manajemen itu bertugas dalam
proses merencanakan, melaksanankan sampai mengawasi acara tersebut apa berjalan
lancar atau nggak. Jadi, untuk bertugas sebagai manager itu nggak gampang,
banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Selain
Humas dan Manajemen, kami juga belajar jurnalistik, di mana kami belajar bahwa
menulis berita ataupun artikel itu nggak hanya sekedar tulisan. Jurnalitik itu
harus berdasarkan fakta, nggak sekedar menebar gosip. Belajar jurnalistik itu
juga bikin kami mengerti bahwa menulis sebuah berita, biarpun itu bertia cuma
separagraf doang, nggak gampang, butuh proses. Sangat jauh beda dengan orang
yang hari ini beli Koran, sekali baca, besoknya langsung jadiin bungkusan
gorengan. Ya, mau gimana lagi coba, emang udah begitu kenyataannya kok.
Ketiga
mata kuliah tersebut masih tergolong mata kuliah pengatar di jurusan, belum
lagi ditambah mata kuliah untuk masing-masing konsentrasi yang juga bejibun.
Karena banyaknya mata kuliah inilah kami anak-anak Komunikasi biasanya pada semester
tiga, seperti di kampus gue, diwajibkan memilih konsentrasi atau fokus jurusan
sesuai yang diinginkan. Dalam semester-semester berikutnya bakalan banyak lagi
nih mata kuliah yang juga pastinya lebih menantang, misalnya ada Fotografi,
Produksi Siaran Radio, Produksi Televisi, Sinematografi, dan masih banyak mata
kuliah menarik lainnya ditiap konsentrasi.
Untuk
itu, yang masih atau udah pernah menganggap remeh jurusan kami ini, please
jangan lagi. Karena setiap jurusan-jurusan itu sebenarnya punya susah-gampangnya
masing-masing, dan kita cuma bakalan tahu susah dan gampannganya itu apa ya
saat udah menjalaninya. Kalau belum menjalani, ya nggak usah menjudge dong!
Soalnya nih, di setiap Universitas baik PTN ataupun PTS itu jurusan-jurusannya
emang disediakan untuk kita belajar. Nggak ada itu jurusan yang susah banget
ataupun jurusan yang gampangan lah.
Kalau
pun ada yang menganggap jurusan ini khusus anak-anak yang suka atau bahkan jago
ngomong, juga jangan. Soalnya yang nggak suka ngomong atau introvert pun boleh banget kok masuk jurusan ini. Karena nantinya
di sini kita akan sama-sama belajar kok, soalnya nanti juga bakalan ada mata
kuliah Retorika yang khusus belajar melatih kemampuan berkomunikasi yang baik.
Lagi pula, ini jurusan banyak mata kuliah yang mewajibkan presentasinya lagi,
jadi secara nggak langsung kita yang nggak biasa banyak bicara dengan masuk
jurusan ini diwajibkan untuk berbicara. Kalau nggak, mau dapat nilai dari mana?
Jadi,
untuk anak Komunikasi baik yang udah lulus, maupun yang lagi di jurusan ini
atau bahkan yang pengen masuk jurusan ini, saran dari gue selaku anak
Komunikasi, berbahagialah. Kenapa gue bilang begini, karena kita sama-sama tahu
kalau kita lahir ke dunia ini adalah sebagai manusian biasa. Kita bukan pembaca
hati, masih butuh komunikasi agar bisa saling mengerti. Sekian.
Salam Komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar