Senin, 25 Juli 2016

UNTUK KAMU, PARA ALAY-ERS


            Halo para pembaca blog gue yang paling setia –tidak lain dan tidak bukan adalah gue sendiri- apa kabar? Ketemu lagi di postingan blog ini yang muncul setiap satu semester sekali alias enambulan sekali, yang artinya dalam setahunan hanya ada dua artikel doang. Itu pun kalau pemilik blognya nggak amnesia kalau masih punya blog.
            Oke. Dalam postingan (nggak penting) kali ini gue mau membahas tentang suatu masa (yang nggak penting banget) yang pernah gue alami, yaitu masa… Yala. Maap, maksudnya, Alay. Sumpah ya, ini gue ngetik satu kata itu udah pengen muntah aja. Astaghfirullah.
            Gue yakin semua dari kita itu pernah mengalami yang namanya masa-masa 4l4y ini, bahkan ada yang sampai sekarang nggak sadar-sadar juga. Alay itu ada berbagai macam, nggak cuma dari tulisan, ada juga alay yang di bagian selfie, berpakaian, dan alay lainnya. Tapi, menurut survey yang didapati dari dunia per-alay-an, yang mendominasi kelompok ini adalah alay dari segi tulisan, terutama di media sosial yang menjadi sarangnya mereka. Mungkin ada sekitar 75,698% yang masuk tipe mayoritas ini ketimbang alay-ers lainnya.
            Sebagai orang yang (pernah dan sekarang Alhamdulillah sudah taubat dari masa kelam ini) tergolong dalam bagian alay-ers mayoritas, di sini gua akan mencoba membahas mengenai golongan ini setahu gue. Jadi, silakan tutup halaman ini. Eh bukan, maksud gue silakan simak baik-baik, ya.
            Sebagaimana diketahui, alay-ers tingkat satu - yang gagal jadi ahli bahasa ini- nggak cuma satu macam, mereka juga tergolong ke dalam beberapa bagian (tergantung dari segi model bahasa yang mereka ciptakan). Ada yang alaynya bagian nyingkat kata, ada yang pemakaian hurufnya diganti dari seharusnya, ada yang nulis campur huruf besar kecil, ada yang campuran abjad dan angka, bahkan ada yang campur semuanya dan makan di tempat. Eh gimana? Ya. Oke. Begitu. Jika diperinci, alay-ers kelompok ahli bahasa serta cara penyembuhannya ini, menjadi:
1.      Tukang Nyingkat Kata
Alay-ers tingkat ini masih tergolong lumayan dari pada alay lainnya, mereka  banyak di jumpai biasanya pada orang-orang yang suka chatting-an.  Untuk pemyembuhan kasus alay ini nggak harus masuk rehabilitas, cukup diberikan nasehat yang baik-baik pasti dia akan berubah jadi ranger pink. Oke. Maap. Maksudnya, alay tingkat ini cuma butuh latihat menulis dengan waktu yang cukup dan mood yang pas buat nulis.
Kenapa begitu, karena kebanyakan orang nyingkat-nyingkat tulisannya ya karena mepet waktu. Misal, pas balas chat biar nggak dibilang lama, ya jalan satu-satunya nyingkat kata demi kata. Itu pun kalau setiap kalian balas chat-nya pake kata pembukaan dan penghormatannya dulu, pantes begitu. Satu lagi, kenapa harus pas mood yang pas. Jawabannya pasti pada tahu sendiri, karena kebanyakan yang nyingkat kata juga adalah orang-orang yang lagi nggak mood. Misal, cewek PMS yang lagi ngambek sama pacarnya.
2.      Tukang Ganti Posisi
            Lain lagi alay yang tugasnya gantiin huruf yang seharusnya dipakai, misalnya huruf ‘c’ yang sering banget digunakan untuk menggati huruf ‘k’ (yang akhirnya membuat si K ini pesimis dan hampir pengen resign dari huruf abjad). Cara menyadarkan alay-ers tingkat ini adalah dengan menasehati dia agar bisa mengahargai setiap kegunaan huruf-huruf abjad yang ada, jangan seenak jidatnya gantiin posisi begitu. Belum pernah ngerasain ditikung kali dia, di mana posisinya digantiin temannya sendiri jadian sama gebetannya yang sudah diincar selama ratusan purnama.
3.      Si Latah
            Alay-ers yang termasuk golongan latah adalah mereka yang nulisnya suka nggak konsisten antara huruf besar-kecil. Nggak beraturan. Masa iya ditengah-tengah kata ada hurus kapitalnya? Untuk cara penyembuhan meraka para alay-ers yang latah ini cukup butuh ketenangan dan jangan sampai ada yang mengagetkan ketika sedang menulis. InsyaAllah kalau Allah berkehendak pasti mereka bisa sembuh, apalagi jika dibarengi do’a-do’a para jomblo yang teraniaya di malam Minggu. Barokah.
4.      Alay yang Adil dan Takut Mubazir
            Berbeda dengan yang lain, ini adalah alay yang butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya. Apalagi jika mereka para alay-ers ini adalah anak pesantren yang sangat taat aturan dalam agama. Gimana nggak, semua yang ada di keyboard digunakan pas lagi nulis. Jika orang normal nulis cukup pakai huruf abjad aja –karena bukan pelajaran matematika- dia malah nulis campuran pake angka-anaknya sekaligus. Dengan alasan harus adil dan nggak boleh mubazir, jadi gunakanlah semua yang tersdia. Penyembuahan golongan ini sedikit sulit dari yang lain, bahkan kalau perlu harus masuk pesantren lagi untuk memepelajari di mana ‘adil’ dan ‘mubazir’ yang seharusnya dipakai. Sebelum memutuskan untuk menangani alay-ers tingkat ini, sarannya banyakin Istighfar dulu dan serahkan semuanya pada yang Maha Kuasa.
            Jadi, begitulah perincian alay-ers ahli bahasa yang banyak ditemukan serta tips penyembuhan (nggak penting) yang udah berusaha dengan ikhlas gue berikan. Kesimpulannya adalah, apapun alaymu wahai para alay-ers, berhentilah meng-alay-kan diri dan segera bertaubat dari masa hina dan kelam ini selagi masih punya waktu. Jangan sampai guru Bahasa Indonesia tahu kalau anak didiknya seperti yang disebutkan di atas.. Kasian mereka kalau sampai merasa gagal dalam membina anak-anak bangsa.
            Alay memang proses menuju dewasa, tetapi percayalah tak selamanya alay itu indah. Untuk itu, pesan gue untuk kalian yang pernah alay, berbahagialah karena pernah mengalami masa-masa seperti ini. Setidaknya, kalian lebih dulu ada dari pada Pokemon Go dikeluarkan! Oke. Sekian. 

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar